muisumut.or.id, Medan
Ketua MUI Sumatera Utara. (Prof. Dr. H. Abdullah Syah, MA)
Ahlan Wa Sahlan Ya Syahrus Al Shiyam
Ahlan Wa Sahlan Ya Syahrur Al Rahmah Wa Al Maghpirah Wa Itqun Minannar
Bismillahrrahmanirrahim.
Alhamdulillah, beberapa hari lagi Insya Allah kita akan memasuki bulan suci Ramadhan, bulan yang sangat dinanti nantikan oleh ummat Islam diseluruh dunia. Bulan ini disambut dengan berbagai cara dalam rangka menghormati kedatangannya; karena umat Islam merasa dengan kedatangan bulan Ramadhan ini, dosa-dosanya akan mendapat pengampunan dari Allah SWT, dan segala amal baiknya baik yang wajib maupun yang sunnat, akan mendapat balasan yang lebih baik dari di bulan lainnya diluar bulan Ramadhan. Umat Islam pada bulan ini mendapat peluang yang sangat besar untuk mendapatkan satu malam yang nilainya lebih baik dari 1000 bulan, segala amal ibadah akan dilipatgandakan lebih baik dari 1000 bulan diluar malam ini. Umat Islam selalu berlomba-lomba menunggu dan mencari malam ini (malam lailatul qadar)
Alangkah bahagianya kaum muslimin dengan kedatangan bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkahan, bulan Al-Qur’an, bulan ampunan, bulan kasih sayang, bulan doa, bulan taubat, bulan kesabaran, dan bulan pembebasan dari api neraka. Bulan yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh segenap kaum muslimin. Bulan yang sebelum kedatangannya Rasulullah Saw. berdoa kepada Allah: “Ya Allah berkahilah kami pada bulan Rajab dan Sya’ban dan sampaikanlah kami ke bulan Ramadan.” Bulan dimana orang-orang saleh dan para generasi salaf berdoa kepada Allah agar mereka disampaikan ke bulan Ramadhan enam bulan sebelum kedatangannya, Rasulullah SAW ketika beliau memberi kabar para sahabatnya dengan kedatangan bulan Ramadhan: “Ketika datang malam pertama dari bulan Ramadhan seluruh setan dibelenggu, dan seluruh jin diikat. Semua pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang terbuka. Semua pintu sorga dibuka hingga tidak ada satu pun pintu yang tertutup. Lalu tiap malam datang seorang yang menyeru: “Wahai orang yang mencari kebaikan kemarilah; wahai orang yang mencari keburukan menyingkirlah. Hanya Allah lah yang bisa menyelamatkan dari api neraka”.(H.R.Tirmidzi).
Rasulullah SAW. juga bersabda: “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah telah mewajibkan di dalamnya puasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu langit, menutup pintu neraka, dan membelenggu setan-setan. Di dalamnya Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang diharamkan kebaikan malam itu maka ia sungguh telah diharamkan (dari kebaiakan).” (HR. Nasa’i dan Baihaki).
Setiap tahun datangnya bulan Ramadhan umat Islam menyambutnya dengan berbagai cara. Datangnya bulan suci Ramadhan berbeda denga datangnya bulan-bulan yang lain. Umat Islam menyambut Ramadhan dengan mengadakan berbagai persiapan dan acara, antara lain dengan persiapan fisik, seperti membersihkan pekarangan, jalan, masjid, mushalla, perkuburan, dan lain-lain. Demikian bula pembersihan dan persiapan bathin, antara lain dengan cara mengadakan ceramah agama khusus menyambut bulan Ramadhan, mengadakan syukuran/selamatan menyambut Ramadhan, kenduri/makan bersama dan doa bersama antara keluarga dan jiran tetangga, saling bermaafan, puasa sunnat, ziarah kubur, dan sebagainya.
Dimasa Rasulullah SAW, Rasul berpidato dalam rangka menyambut Ramadhan. Dari Salman al Farisi ra ia berkata; telah berpidato kepada kami Rasulullah SAW pada akhir bulan sya’ban, belaiu bersabda:
“Wahai kaum muslimin sekalian telah datang kepada kamu bulan mulia, bulan yang banyak berkah, didalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah mewajibkan puasa di siang harinya dan sembahyang sunnat di malam harinya (shalat tarawih). Maka siapa yang melakukan ibadah sunnat adalah seperti melaksanakan ibadah fardhu di bulan lainnya, dan siapa yang melaksanakan ibadah fardhu seperti mengerjakan 70 fardhu di bulan lainnya. Bulan Ramadhan adalah bulan sabar dan sabar itu imbalannya adalah syurga. Bulan Ramadhan adalah bulan kasih sayang dan tolong menolong, bulan Ramadhan adalah bulan yang ditambah rezki orang mukmin. Bulan Ramadhan adalah diawalnya rahmat, dipertengahannya pengampunan dan di akhirnya kebebasan dari api neraka. Siapa yang memberi makan (perbukaan) pada orang yang berpusa di bulan Ramadhan adalah pengampunan bagi dosanya dan pembebasan dirinya dari api neraka, dan dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu tanpa berkurangnya pahala orang yang berpuasa sedikitpun. Kami bertanya kepada Rasulullah, tidak semua kami mampu mengadakan jamuan bagi orang berbuka puasa. Rasul bersabda, Allah memberi pahala bagi orang memberi perbukaan walaupun memberi perbukaan dengan seteguk susu atau sebutir tamar atau secangkir minuman. Dan siapa yang memberi makan kenyang orang yang puasa, ia mendapat pengampunan dosanya. Allah memberinya minuman dari sumur yang orang meminum airnya tidak haus/dahaga lagi untuk selamanya, dan dia juga mendapat pahala seperti orang yang berpuasa itu, dan siapa meringankan beban hambanya pada bulan Ramadhan, Allah mengampunkan dosanya dan membebaskannya dari api neraka. Perbanyaklah empat macam amalan, dua diantaranya yang sangat disukai Allah dan dua lagi kamu sangat menyukainya. Adapun dua amalan yang disukai Allah ialah mengucapkan
اشھدأن لاإلھ إلا الله( )أستغفر الله
Sedangkan dua yang kamu sangat berkepentingan dengannya ialah: mengucapkan:
اسألك الجنة وأعوذ بك من النار
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Kuzaniah dalam kitab shahihnya dari Salman al Farisi
Dari khutbah Rasul ini dapatlah dipahami bahwa penyambutan bualn suci Ramadhan adalah merupakan sunah Rasul dan dari khutbah ini juga memotivasi umat untuk meningkatkan berbagai amal ibadah, baik berbentuk ibadah badaniah maupun ibadah maliyah. Motivasi ini terlihat dari besarnya pahala yang dijanjikan, walaupun ibadah yang dilakukan adalah amat sederhana atau kecil seperti memberi perbukaan dengan sebutir kurma atau seteguk minuman.
Ramadhan adalah tamu istimewa. Adalah merupakan kewajiban bagi kita sebagai tuan rumah untuk menyambut kedatanganya dengan suka cita dan memuliakannya. Jika ada seorang presiden atau petinggi negara akan berkunjung ke rumah kita pasti kita akan direpotkan dengan berbagai persiapan untuk menyambutnya. Kita pasti akan menata dan memperindah rumah kita, menyiapkan makanan istimewa dan lain-lain. Ramadhan lebih dari sekedar presiden atau pejabat tinggi lain atau apa pun saja. Ramadhan adalah anugerah Allah yang luar biasa. Ramadhan adalah kesempatan untuk menyiapkan masa depan kita di dunia dan akhirat; oleh karenanya kita mesti mempersiapkan kehadirannya dengan persiapan yang paripurna agar kita bisa sukses meraih gelar takwa dan mendapat janji Allah yaitu ampunan dan bebas dari api neraka. Apa saja perkara yang harus dipersiapkan menjelang kedatangan tamu tersebut?
Oleh karena itu bulan Ramadhan ini adalah merupakan bulan memperbanyak amal untuk menimba pahala. Karenanya kesempatan beribadah di bulan Ramadhan jangan diabaikan, buatlah perhitungan yang cermat dalam menggunakan waktu di bulan Ramadhan ini, sehingga keberuntungan yang sangat besar dapat kita peroleh. Akhirnya marilah kita bersiap diri dengan sebaik-baiknya dan berniat akan memasuki dan mengamalkan ibadah ramadhan dengan sebanyak-banyaknya.
Persiapan Menghadapi Datangnya Bulan Suci Ramadhan
Minimal ada hal yang perlu dipersiapkan dalam menyongsong bulan Ramadhan yang penuh berkah itu:
1. Persiapan Ruh dan Jasad.
Dengan cara mengkondisikan diri agar pada bulan Sya’ban (bulan sebelum Ramadhan) kita telah terbiasa dengan berpuasa. Sehingga kondisi ruhiyah imaniyah meningkat, dan tubuh sudah terlatih berpuasa Dengan kondisi seperti ini, maka ketika kita memasuki bulan Ramadhan, kondisi ruh dan iman telah membaik, yang selanjutnya dapat langsung menyambut bulan Ramadhan yang mulia ini dengan amal dan kegiatan yang dianjurkan. Disisi lain, tidakakan terjadi lagi gejolak phisik dan proses penyesuaian yang kadang-kadang dirasakan oleh orang-orang yang pertama kali berpuasa, seperti: lemah badan, demam atau panas dingin dan sebagainya.
Rasulullah saw menganjurkan kepada kita agar kita memper banyak puasa sunnah pada bulan Sya’ban ini dengan cara memberikan contoh langsung dan aplikatif. ‘Aisyah berkata:
”Rasulullah saw berpuasa, sampai-sampai kami mengiranya tidak pernah meninggalkannya”. Demikian dalam riwayat Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa: ”Beliau melakukan puasa sunnah bulan Sya’ban sebulan penuh, beliau sambung bulan itu dengan Ramadhan”. (Hadis shahih diriwayat kan oleh para ulama’ hadis, lihat Riyadhush-Shalihin, Fathul Bari, Sunan At-Tirmidzi dan lain-lain). Anjuran tersebut dikuatkan lagi dengan menyebutkan keutamaan bulan Sya’ban. Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Katanya: ”Ya Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan yang lain sebanyak puasa di bulan Sya’ban ini?” Beliau saw menjawab: ”Itulah bulan yang dilupakan orang, antara Rajab dan Ramadhan, bulan ditingkatkannya amal perbuatan kepada Allah swt Rabbul ‘Alamin. Dan aku ingin amalku diangkat sedang aku dalam keadaan berpuasa”. (HR An- Nasa-i).
2. Persiapan Fikri (Persepsi). Membekali diri dengan ilmu
Minimal persiapan fikri ini meliputi dua hal, yaitu: Mempunyai persepsi yang utuh tentang Ramadhan dan keutamaan bulan Ramadhan serta mau memanfaatkan dan mengisi bulan Ramadhan dengan kegiatan-kegiatan yang secara logis dan konkrit mengantarkannya untuk mencapai ketaqwaan.
Sasaran dan ibadah puasa adalah untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa kita. Untuk itu, ibadah puasa harus dilakukan dengan tatacara yang benar. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Banyak orang berpuasa yang tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar. Dan banyak orang shalat malam, tidak mendapat apa-apa dari shalatnya kecuali bergadang.(HR. Abu Dawud, Ibnu Majah)
Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa tidak meninggalkan kata-kata dusta (dalam berpuasa) dan tetap melakukannya, maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya (HR. Bukhari).
Dari dua hadits di atas bisa disimpulkan bahwa membekali diri dengan segala ilmu yang berkaitan dengan puasa memang akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan kita untuk menigkatkan kualitas ketaqwaan kita melalui bulan Ramadhan yang mulia ini.
Makna Ramadhan
Ramadhan bermakna penghancur, penghapus dan pelebur. Bulan Ramadhan dinamakan Ramadhan karena ia menghancurleburkan segala dosa sehingga orang yang betul-betul mengamalkan Ramadhan (yaitu beramal dibulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya dan dengan ikhlas) maka semua dosanya diampunkan Allah SWT, sehingga sehabis Ramadhan ia putih bersih seperti anak kecil yang baru dilahirkan.
Makna Puasa:
Salah satu jenis ibadah yang: umum, sangat tua, dan semua agama memerintahkannya adalah puasa. Jenis ibadah ini lebih universal, meskipun cara pelaksanaanya berbeda-beda. Dalam sejarah, puasa sudah dilaksanakan oleh bangsa Mesir kuno, Yunani, dan Romawi. Puasa merupakan ajaran semua agama, baik yang samawi seperti Yahudi dan Nasrani maupun yang thabi’i (kultur), seperti Hindu dan Budha. Perbedaannya terletak pada motivasi pelaksanannya (niatnya), penyebabnya, serta cara pelaksanaanya.
Umumnya, orang berpuasa pada saat menghadapi berbagai kesulitan hidup, ketika berduka cita, atau sedang mengalami musibah. Orang berpuasa untuk menandai masa-masa berkabung. Di kalangan penyembah berhala, orang berpuasa karena didorong oleh keinginan untuk menghilangkan kemarahan tuhan, karena mereka telah banyak melakukan pelanggaran. Melalui puasa mereka mengaharapkan kerelaan tuhan untuk kemudian memeberikan pertolongan. Sampai saat ini masih banyak orang yang melaksakan puasa karena motivasi seperti ini.
Puasa merupakan ibadah yang universal, artinya semua agama mengajarkannya, maka banyak orang Islam yang ketika bulan Ramadan tiba sangat antusias menjalankan puasa walaupun dalam kesehariannya mereka tidak menjalankan salat. Bagi mereka puasa itu mempunyai arti yang lebih dari sekadar ibadah puasa.
Pemaknaan puasa seperti di atas boleh-boleh saja, asal tidak sampai tercampur dengan motivasi-motivasi lain, yang sumbernya berasal dari ajaran agama lain (atau mistisisme). Pemahaman semacam itu masih besar dalam diri umat Islam Indonesia (serta mungkin umat Islam negara lainnya, khususnya di kawasan Asia). Tugas para dai adalah meluruskan dan memurnikan ajaran Islam dari segala pengaruh agama lain (kepercayaan lain), yang sesat dan menyesatkan.
Dalam konteks syariat Islam, puasa secara harfiah ialah menahan diri dari sesuatu. Secara istilah syar’i puasa itu adalah menahan diri dari yang membatalkan puasa dari terbit fajar sampai terbenam matahari beserta niat, pada siang hari yang tidak haram puasa. Sedangkan motivasinya tidak lain kecuali untuk meninggikan derajat manusia ke puncak kehidupan ruhaniyah yang tinggi dan mulia dalam pandangan Allah. Dalam pandangan Islam, derajat tertinggi manusia adalah yang bertakwa. Allah menegaskan dalam firmannya: “sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertakwa” (QS. al-Hujurat:13). Siapa pun dapat mencapai derajat ini tanpa memandang status sosial.