muisumut.or.id – Medan, 1 November 2025 – Dr. H. Hasnan Syarief Pangabean, M.Pd, Ketua PW Mathlaul Anwar Provinsi Sumatera Utara, menekankan pentingnya gagasan dan aksi strategis dalam membangun soliditas umat Islam melalui dakwah dan pembinaan moral dalam Pertemuan Silaturrahim Ulama, Tokoh, dan Cendekiawan Muslim yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Sumatera Utara di Grand Inna Hotel Medan, Jumat–Sabtu (31 Oktober–1 November 2025).
Dalam paparannya, Dr. Hasnan yang juga merupakan Dewan Pertimbangan MUI Sumut menyampaikan bahwa umat Islam saat ini menghadapi tantangan besar dari berbagai arus ideologi dan fenomena sosial, termasuk kapitalisme, komunisme, sekularisme, serta berbagai praktik masyarakat yang menjauhkan umat dari ajaran Islam, seperti judi, narkoba, dan perilaku korup. Menurutnya, dakwah dan pendidikan Islam melalui Majelis Taklim, Lembaga Dakwah, dan Lembaga Pendidikan menjadi solusi utama dalam menghadapi tantangan tersebut.
Gagasan dan Aksi Strategis yang disampaikan Dr. Hasnan menekankan pentingnya membangun soliditas — keteguhan, integritas, dan kekuatan karakter—di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat. Ia menjelaskan bahwa soliditas umat Islam lahir dari pemahaman mendalam terhadap Al-Qur’an dan Hadis, diikuti oleh pengamalan yang menghasilkan iman, ihsan, dan pembinaan moral yang menyeluruh.
Dalam menghadapi tantangan internal, seperti fanatisme golongan, rendahnya pemahaman agama, lemahnya ukhuwah Islamiyah, dan intervensi kepentingan politik atau ekonomi, Dr. Hasnan menekankan kembali pada model dakwah Rasulullah di periode Makkah. Ia menekankan pentingnya meneladani strategi Rasulullah yang mengedepankan ilmu, akhlak, dan iman dalam membentuk pribadi Muslim yang kuat, jujur, disiplin, dan adil.
Sementara itu, tantangan eksternal, seperti arus informasi global, media sosial, isu Islamofobia, dan ketidakadilan politik ekonomi global, dapat diatasi dengan inspirasi dari hijrah Rasulullah ke Madinah. Dr. Hasnan menjelaskan bagaimana manajemen hijrah yang matang, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, hingga evaluasi, menghasilkan umat yang solid dan masyarakat Madinah yang harmonis serta produktif. Masjid Quba dan Masjid Nabawi, menurutnya, menjadi pusat dakwah, pendidikan, dan pelayanan sosial yang menumbuhkan solidaritas di antara Muhajirin dan Anshor.

Dr. Hasnan juga menekankan strategi dakwah kontemporer yang relevan dengan perkembangan zaman, termasuk:
Metode dakwah: bil-Hikmah, Mau’idzah Hasanah, dan Mujadalah bil-lati hiya ahsan;
Media dakwah: lisan, perbuatan nyata (bil-hal), dan tulisan (bit-tadwin);
Pelaksanaan dakwah: individu, kelompok, jama’iyah, media massa, dan pendidikan formal maupun non-formal.
Ia menekankan bahwa materi dakwah harus memadukan penguasaan Al-Qur’an, Hadis, hukum agama, kearifan lokal, serta kemampuan IT dan bahasa global agar umat Islam memiliki daya saing global.
Sebagai penutup, Dr. Hasnan mengutip QS. 6:82 dan QS. 49:10, yang menegaskan bahwa soliditas umat lahir dari iman yang murni tanpa kezaliman, dan solidaritas diwujudkan melalui perbaikan hubungan persaudaraan, saling tolong-menolong dalam kebaikan, dan saling mendukung dalam membangun peradaban Islam yang maju dan berkah.
Pertemuan ini menjadi momen strategis bagi para ulama, tokoh, dan cendekiawan Muslim Sumatera Utara untuk meninjau kembali gagasan dan langkah konkret dalam dakwah dan pembinaan moral, guna memperkuat umat Islam menghadapi tantangan internal maupun eksternal di era kontemporer.






