Medan, muisumut.or.id – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara melalui Bidang Perempuan Remaja dan Keluarga menggelar Kajian Rutin Remaja pada Jumat, 11 Oktober 2025 (19 Rabi’ al-Akhir 1447 H). Kajian yang mengangkat tema “Remaja dan Tantangan Zaman” ini menghadirkan Dr. H. Ardiansyah, MA, Wakil Ketua Umum MUI Sumut yang juga merupakan dosen UIN Sumatera Utara.
Dalam paparannya, Dr. Ardiansyah menekankan pentingnya peran remaja sebagai pemimpin masa depan dengan mengutip ungkapan Arab, “Remaja hari ini, pemimpin masa depan” (syabab alyaum rijal al-ghad). Ia menjelaskan bahwa fase perkembangan remaja menuju kematangan emosi dan intelektual terbagi dalam empat tahap: murahiqah (10-15 tahun), fata (15-18 tahun), syabab (18-25 tahun), dan rijal (25-40 tahun).
Potret Buram Kenakalan Remaja
MUI Sumut mencatat berbagai fenomena negatif yang melanda generasi muda saat ini, termasuk tawuran pelajar, pornografi, tindakan kriminal, penyalahgunaan narkoba, hingga pergaulan bebas. Namun, Dr. Ardiansyah mempertanyakan apakah adil hanya menyalahkan remaja tanpa melihat peran orangtua yang lalai dalam mengawasi dan mendidik anak.
“Akankah remaja selalu disalahkan? Bagaimana dengan orangtua yang lalai mengawasi dan mendidik anaknya?” ujar Waketum MUI Sumut ini.
Tantangan Era Modern
Kajian ini mengidentifikasi berbagai tantangan yang dihadapi keluarga Muslim modern, antara lain pengaruh film dan gaya hidup artis, tren fashion yang tidak sesuai syariat, gaya hidup kebarat-baratan termasuk minuman keras dan narkoba, serta maraknya perilaku seks bebas, LGBT, prostitusi, dan kehamilan di luar nikah.
Permasalahan diperparah dengan minimnya pengetahuan agama orangtua, kesibukan bekerja, serta pengaruh negatif lingkungan dan media massa. MUI Sumut juga menyoroti permasalahan internal umat Islam seperti kemiskinan, merosotnya moral, dan budaya korupsi yang kian mengakar.
Strategi Pembinaan Remaja
Dr. Ardiansyah menawarkan sejumlah strategi pembinaan remaja Generasi Z dan Alfa, di antaranya mengembalikan remaja ke masjid sebagai pusat aktivitas, memurnikan pendidikan Islam dari paham sekularisme, pluralisme, dan liberalisme, serta membekali generasi muda dengan keahlian bahasa asing dan kewirausahaan.
Ia juga menekankan pentingnya validasi sosial dengan menciptakan budaya malu, memberikan teladan kebaikan, mendengarkan pendapat remaja, dan memberikan apresiasi atas kebiasaan baik mereka.
Tujuh Kunci Keberhasilan Keluarga
Dalam kajian tersebut, MUI Sumut merumuskan tujuh kunci utama keberhasilan keluarga: menjaga shalat lima waktu, menjauhkan diri dari larangan Allah, patuh kepada orangtua, doa orangtua, berakhlakul karimah, istiqamah dan jujur, serta tekun menuntut ilmu.
Sebagai solusi, MUI Sumut merekomendasikan metode Qur’ani dalam mendidik anak melalui nasihat, dialog, dan kisah-kisah inspiratif, disertai penanaman nilai agama sejak dini, pemberian rezeki halal, doa ikhlas orangtua, dan kasih sayang keluarga.
Dr. Ardiansyah menutup kajian dengan mengingatkan bahwa akhlak mulia adalah inti pendidikan Islam, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Muslim).