Sunday, October 5, 2025
spot_img

Tim Infokom MUI Sumut Kunjungi Pesantren Mukhtariyah Sungaidua, Padang Lawas Utara

Padang Lawas Utara, muisumut.or.id., Sabtu, 23 November 2024 – Tim Informasi dan Komunikasi (Infokom) MUI Sumatera Utara yang dipimpin oleh Ketua Bidang Infokom, Dr. Akmaluddin Syahputra, M.Hum, mengunjungi Pesantren Al Mukhtariyah Sungaidua di Desa Portibi Jae, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara. Pesantren ini memiliki sejarah panjang, berdiri sejak tahun 1932, dan menjadi salah satu pesantren tertua di kawasan tersebut.

Rombongan Tim Infokom disambut langsung oleh pimpinan pesantren, Drs. H. MH. Syahrizal El Mukhtary, M.A., di kantor Yayasan Mukhtariyah. Dalam pertemuan tersebut, Tim Infokom mendalami sejarah perjuangan pendiri pesantren, Tuan Mukhtar, yang menjadi pelopor pendidikan Islam dengan sistem modern di masanya.

Perjalanan Inspiratif Tuan Mukhtar

Tuan Mukhtar, pendiri pesantren, dikenal sebagai ulama yang penuh perjuangan. Di usia 13 tahun, ia merantau ke Makkah melalui jalur Malaysia dan menempuh perjalanan selama 12 tahun. Dalam perjalanannya, ia singgah di beberapa negara seperti Malaysia, Patani, India, dan Pakistan untuk menimba ilmu sebelum akhirnya tiba di Makkah. Selama 5 tahun di Makkah, ia mendalami ilmu agama dan mempersiapkan diri untuk kembali ke tanah air.

Sekembalinya ke Indonesia pada usia sekitar 30 tahun, Tuan Mukhtar membawa semangat perubahan. Ia membawa berbagai barang unik, termasuk dua buah pistol yang disembunyikan di dalam buku dan tas, serta timbangan emas, yang kala itu menjadi hal langka di daerahnya. Pada tahun 1932, ia berhasil mengumpulkan masyarakat untuk mendirikan pesantren dengan sistem pendidikan modern.

Pesantren Pertama dengan Sistem Kelas

Pesantren yang awalnya bernama Pondok Sungaidua ini dibangun di tepi Sungai Batang Pane. Nama tersebut dipilih untuk menghindari kecurigaan penjajah Belanda terhadap aktivitas keagamaan. Filosofisnya, “Sungaidua” diartikan sebagai dunia dan akhirat.

Pesantren ini menjadi pelopor sistem pendidikan berbasis kelas dengan fasilitas seperti bangku, papan tulis, dan metode pembelajaran yang Tuan Mukhtar adopsi dari kunjungannya ke Maroko. Pondok untuk santri perempuan dibangun dua lantai berbahan kayu dengan atap lalang, sementara santri laki-laki tinggal di pondok-pondok kecil.

Namun, lokasi awal pesantren harus dipindahkan akibat banjir besar yang dikenal dengan sebutan aek lapoo. Hingga kini, pesantren terus berkembang dan tetap menjadi mercusuar pendidikan Islam di Padang Lawas Utara.

Dedikasi di Bidang Dakwah

Tuan Mukhtar juga dikenal sebagai sosok yang tekun menulis. Ia pernah menyalin Al-Qur’an dengan tangannya sendiri menggunakan khat Rifa’ah. Sayangnya, karya monumental tersebut hilang setelah  dipamerkan dalam festival Al-Qur’an di Jakarta.

Harapan Tim Infokom

Dalam kunjungan ini, Dr. Akmaluddin Syahputra mengapresiasi kiprah Pesantren Al Mukhtariyah yang memiliki sejarah luar biasa dalam pendidikan dan dakwah Islam. “Pesantren ini bukan hanya saksi sejarah, tetapi juga simbol perjuangan dan pembaruan pendidikan Islam di tanah air. Semoga pesantren ini terus berkembang sebagai pusat pendidikan dan pencerahan umat,” ujar Dr. Akmaluddin.

Kunjungan ini diharapkan menjadi langkah awal kolaborasi antara Tim Infokom MUI Sumut dan pesantren untuk memperluas dakwah Islam melalui platform digital dan media lainnya.

 

4o

 

 

Related Articles

Stay Connected

4,203FansLike
3,912FollowersFollow
12,100SubscribersSubscribe
- Advertisement -spot_img

Latest Articles